Thursday, December 7, 2006

Akan bermuara ke mana ?

Menarik mengikuti kelanjutan berita di media, khususnya dalam memperhatikan konsistensi statement seorang public figur, dan kemungkinan muara dari episode YZ dan ME.
Mari kita perhatikan 3 artikel berita tentang YZ serta Maria Eva dan pengacaranya, Ruhut Sitompul, yang saya ambil dari Kantor Berita Antara berikut ini.
=====================================================
Yang pertama:
2 Desember 2006 12:21

Motif Penyebaran Video Porno Diduga Kekecewaan

Jakarta (ANTARA News) - Pengacara sekaligus anggota Partai Demokrat, Ruhut Poltak Sitompul menilai motif di balik penyebaran video porno yang melibatkan anggota DPR berinisial YZ adalah kekecewaan dari pasangannya yang berinisial ME.

"Saya sudah mengetahui masalah ini sejak 2 tahun yang lalu saat saya masih menjadi kader Partai Golkar, hanya saja saya tidak mengira ada pembuatan video dan adegan seperi itu. Kalau saya ikuti, motifnya adanya kekecewaan dari pacarnya (ME) dimana mereka telah kawin siri, akibatnya aib ini dibuka," katanya di Jakarta, Jumat malam.

Ia mengatakan, kasus yang terjadi ini dilakukan oleh sesama kader Golkar. Untuk membersihkan nama baik partai, katanya, pimpinan partai Golkar beserta Dewan Kehormatan DPR harus berani mengambil keputusan.

"Ini merupakan introspeksi mendalam bagi partai Golkar. Masyarakat saat ini telah kritis, jika tidak segera diambil tindakan maka Golkar akan buruk dimata masyarakat," katanya.

"Dari pemberitaan yang saya baca, seolah-olah ada persaingan politik dengan partai lain. Para tokoh (petinggi Golkar) jangan buang badan dan harus mengambil tindakan," katanya.

(*)
Copyright © 2006 ANTARA

=====================================================
Yang Kedua:
5 Desember 2006 9:10

Ruhut : Pengakuan Maria Eva Untuk Memperjelas Status

Jakarta (ANTARA News) - Pengacara Ruhut Poltak Sitompul mengatakan pengakuan Maria Eva kepada salah satu televisi swasta untuk memperjelas statusnya.
"Kalau Maria Eva tidak muncul di televisi, masyarakat pasti berpikir dia wanita rusak, padahal Maria Eva adalah wanita terpelajar, sarjana dan kader Golkar," kata Ruhut ketika dihubungi ANTARA melalui telepon, di Jakarta, Selasa.
Ia mengatakan saat ini Maria Eva telah mendapat banyak tekanan dari pihak ketiga.
"Ia telah mendapat banyak tekanan. Dia harus mengaku menjadi istri Yahya, padahal bukan. Ia juga dipaksa mengakui ia yang menyebarkan video tersebut, padahal tidak," ujarnya.
Untuk itu, sebagai seorang pengacara profesional, kata Ruhut, dirinya berkewajiban memberikan perlindungan, karena Maria Eva telah memintanya secara resmi menjadi pengacaranya.
"Siapapun yang meminta perlindungan maka harus diberi. Mereka adalah teman-teman saya saat masih sebagai kader Golkar. Terlebih lagi mereka telah mendapat tekanan dari pihak ketiga, yang disinyalir bermuatan politik," katanya. (*)
(Foto: Ruhut Sitompul dan Maria Eva)

Copyright © 2006 ANTARA
http://www.antara.co.id/seenws/?id=47931
=====================================================
Yang ketiga:
5 Desember 2006 17:8

Ada Indikasi Pemerasan Rp5 Miliar dalam Kasus YZ-ME

Jakarta (ANTARA News) - Terdapat indikasi tindak pemerasan dalam kasus merebaknya skandal seks anggota DPR RI Yahya Zaini dengan artis sinetron Maria Eva, kata Anggota Fraksi Partai Damai Sejahtera (PDS) Tiurlan Hutagoal.

Menurut Tiurlan di Gedung DPR/MPR Jakarta, Selasa, Yahya Zaini pernah diminta menyediakan uang Rp5 miliar oleh seseorang dan jika tidak dipenuhi, kasusnya akan dibongkar, namun tidak jelas siapa yang melakukan pemerasan.

Hanya saja, Tiurlan kemudian mengetahui siapa yang melakukan pemerasan dan siapa yang diperas.

Tiurlan yang juga Wakil Ketua Badan Kehormatn (BK) DPR RI menyatakan bahwa permintaan uang itu tidak dikabulkan Yahya Zaini.

Tiurlan bersama Yahya Zaini baru saja melakukan kunjungan kerja ke Australia, bahkan rombongan DPR RI masih ada di Australia ketika skandal ini mulai merebak.

Saat itu, Yahya Zaini mengajak istrinya, Sharmila, ke Australia. Beberapa kali, Sharmila sempat "curhat" (berkeluh kesah) kepada Tiurlan.

Adanya dugaan permainan, termasuk pemerasan dan motif politik dalam kasus ini juga disampaikan anggota Komisi I DPR Ali Mochtar Ngabalin. "Pasti ada permainan di sini," katanya.

Sementara itu, Maria Eva dalam jumpa pers maupun dalam keterangan "live" di televisi menyatakan, sama sekali tidak ada unsur pemerasan dalam kasus merebaknya rekaman skandal itu. Pihaknya justru tidak tahu-menahu siapa yang mengedarkan rekaman itu.

Maria Eva menyatakan, dirinya sangat terpojok dan menjadi korban dengan beredarnya rekaman tersebut.(*)

Copyright © 2006 ANTARA
http://www.antara.co.id/seenws/?id=47972

=====================================================

No comments: